Rabu, 29 Desember 2010


“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman mengerjakan kebajikan serta saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.”


Sobat Muda……
Dalam banyak ayat dalam al Qur’an Allah swt sering mengingatkan manusia terkait masalah manajemen waktu orang-orang beriman, yaitu orang yang menyatakan bahwa Allah adalah penciptanya dan Nabi Muhammad adalah rasulnya. Konsekuensi dari pernyatan kedua shahadat tersebut amat sangat tidak mudah kita laksanakan. Secara khusus, karena saking berharganya kawan,, masalah waktu ini. Allah bersumpah dalam surat al Ashr ayat 1-5 bahwa manusia akan berada dalam kerugian apabila dalam menggunakan waktunya tidak sebagaimana Islam memerintahkan. Ini yang saya maksud manusia yang berada dalam lingkaran setan.



Saudaraku……
Sampai saat ini, kita masih bisa mengrirup udara pagi yang sejuk, melihat indahnya pegunungan yang menjulang tinggi menembus awan dan disampingnya ada burung-burung yang beterbangan atau pemandanyan lain yang mampu menggetarkan hati. Akan tetapi kita tidak pernah tahu sampai kapan kenikmatan itu bisa kita rasakan….. tidak ada yang bisa menjamin kalau kita masih akan hidup sepuluh sampai dua puluh tahun, bisa jadi satu menit yang akan datang kita sudah dialam lain.
Kawan…
Dalam ayat di atas, yang tidak akan terjerumus dalam lingkaran setan hanya orang yang berbuat kebaikan dan saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan. Sobat, dua poin penting yang perlu dan harus kita tanamkan dalan diri kita sebagai orang yang beriman, jangan sampai lewatnya detik dan berganti menit berlalu begitu saja, karena semua yang kita lakukan di dunia akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah di akhirat kelak.
“….. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani akan diminta pertanggung jawabannya” Qs. al Isra’ 35
Kelak kita akan kebingungan ketika segudang pertanyaan berada didepan mata, sementara tak satupun pertanyaan itu bisa kita jawab lantaran fasilitas yang diberikan oleh Allah sewaktu di dunia tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Sobat Muda…..
Pemuda itu punya semangat juang yang membara, punya pemikiran yang tajam, punya impian yang tinggi, jauuh memandang ke depan seakan tidak ada tabir yang menghalangi obsesinya untuk diraih….Tapi, ana sangat sedih ketika melihat banyak para pemuda yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Mereka kerdil kaya’ kambing kehujanan, toh kalaupun semangat, semangatnya panas-panas tai ayam, tongkrongan di atas jembatan adalah forumnya, kalau pun berdiskusi membahas tentang sesuatu yang tidak pantas untuk dibahas , nge_game, de el el.
So, Mana merahnya,,,,,,, ko’ tidak ditunjukin sebagai seorang pemuda. Pemuda yang banyak menghasilkan karya dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Pemuda yang padat karya adalah dambaan semua orang…
Sobat muda…….
Duhai….. alangkah beruntungnya seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan waktunya, waktunya digunakan hanya untuk hal-hal yang positif, pemuda yang banyak menghasilkan karya. Karena memang paham betul bahwa menyia-nyiakan waktu adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah dan rasulnya. Semua orang akan menyebut-nyebut karyanya lantaran karyanya memang menjadi solusi bagi permasalahan ummat.
Saudaraku……
Mari, bersama-sama kita pemuda bisa membulatkan tekat untuk berkata no way….! terhadap perbuatan yang sia-sia. Agar hidup kita bermakna, agar hidup kita bermanfaat dalam setiap tarikan nafas ada tambahan ilmu dan pengalaman yang bisa kita jadikan referensi dalam menapaki kehidupan ini.
Kenapa kita harus berusaha dalam hidup dan kehidupan ini......? karena kita punya harapan, punya cita-cita yang harus kita gapai sampai memang benar-benar kesuksesan itu kita genggam.
Surabaya 24 Desember 2010

Posted on 17.04 by abdul wahid

No comments


Inginku rasanya ku ungkapkan secuplik kata-kata untuk seseorang yang special dalam hidupku, palingku cintai dunia akhirat. Walaupun sebenarnya tidak cukup hanya secuil karena memang jasamu memenuhi langit dan bumi. Kasing sayangmu tak terperi yang tidak bisa nanda ukur dengan alat ukur yang canggih keluaran terbaru.
Dia adalah orang yang melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan ku sehingga sekarang menjadi orang dewasa yang sudah bisa membedakan antara baik dan buruk, indah dan jelek, bisa berbuat dengan kehendak sendiri tanpa bantuan bunda lagi. Mandiri, ya.... mungkin itu kata yang paling tepat untuk membahasakan semua hasil jerih payah yang bunda sejak puluhan tahun silam yang bunda perjuangkan. Tak kenal lelah menghantui, peras keringat banting tulang adalah suatu hal yang biasa bagi bunda.


Memang Maha benar firman Allah...... lewat lisan Luqman yang mewasiatkan kepada anaknya. Seruan untuk berbakti kepada orang tua, hal ini diabadikan dalan al-Qur’an surat lugman: 14 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu” (Luqman: 14).
Ya Allah...... berat rasanya memikul beban sebagai seorang ibu, kalau tidak diiringi dengan keikhlasan kepada Allah swt.
Bunda............
Hanya doa keselamatan dunia dan akhirat yang dapat yang dapat nanda sampaikan untuk saat ini. Walaupun doa adalah yang paling utama dalam hidup ini, tapi sebenarnya nanda ingin melakukan hal yang lebih dari itu yaitu meringankan beban bunda di dunia. Hanya itu yang dapat nanda persembahkan dari jazirah seberang ini untuk bunda tercinta. Tidak ada yang lain, karena nanda masil dalam masa tholabul ilmi. “Wahai Rabbku, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan kasihanilah sebagaimana keduanya menyayangi hamba waktu kecil ”
Nanda mohon doa, agar dalam menempuh jalan jihad ini nanda mendapat kemudahan dan kalaupun ada rintangan yang menghadang semoga nanda bisa menjalaninya dengan baik. Lihatlah bunda......... di kejauhan sana, di puncak gunung yang menjulang tinggi ada sebuah kebahagian, ketentraman, kesuksesan dunia akhirat. Nanda harus jemput dan akan nanda berikan seluruhnya kepada bunda.
Bunda.........
Nanda, minta maaf atas segala kekhilafan yang pernah nanda lakukan. Demi Allah..... hamba tidak akan selamat dunia akhirat kalau sampai ada setitik dosa, yang membuat Bunda sakit hati, kecewa walaupun itu sebesar biji sawi. “maka jangang sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan, ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(al Isra’:23). Ya..... Bunda itu adalah firman Allah tentang larangan seorang anak durhaka kepada kedua orang tua, tidak hanya itu mengatakan ‘ah’ saja sangat dilarang oleh Allah. Amboy, alangkah mulianya jenengan disisi Allah sampai-sampai keridhaanmu menyertai keridhaan Allah dan kemurkaanmu menyertai kemurkaan Allah juga.
Bunda....
Ada sekitar dua puluh wasiat agung dari luqman untuk nanda dalam berbakti kepada bunda diantaranya adalah perintah untuk berkata sopan, taat terhadap perintahnya selama tidak dalam kemaksiatan, menjaga reputasi, membuat bunda seneng, minta pendapat, bermuka ceria, tidak berbohong, mendoakan, de es te..... Bunda, insya Allah nasehat luqman akan nanda laksanakan sekuat tenaga dalam rangka ketaatan kepada bunda dan Allah Sang Pencipta semesta alam.
Bunda....
Nanda sayang jenengan dengan sepenuh hati, jiwa dan raga.....

Posted on 16.46 by abdul wahid

No comments

Minggu, 12 Desember 2010

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu


Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu……!

Posted on 05.41 by abdul wahid

No comments

Kamis, 25 November 2010

Cempaka putih itu
Layu
Gugur ke telaga seputih salju

Ribuan pasang mata-mata tersentak
Saat burung-burung tak lagi berkicau
Ayam-ayan tak lagi berkokok
Bayi-bayi lahir tak lagi menangis
Ya..... tersenyum pada sang kekasih
Lantaran mutiara_Mu mengernyitkan mata

Sejak detik itu
Mutiara akan seterang purnama
Bunga-bunga akan seharum kesturi
Hingga seluruh manusia berkata:
"Alangkah beruntungnya kamu, Ainul"

Amboi.......
Telaga itu adalah telaga Kautsar
Cempaka putih kini tak lagi layu
Bahagia bersama sang bidadara
Sebagai pelepas dahaga dan pelipur lara


Surabaya,2010

Posted on 23.49 by abdul wahid

1 comment

Minggu, 14 November 2010

Ini adalah kisah nyata seorang pemuda yang tampan, unik lagi apik. Kisah seorang pemuda yang harum tubuhnya. Selalu menebarkan bau minyak wangi minyak kesturi kemanapun ia pergi. Ia memang benar-benar idola yang pas buat orang yang mendambakan kreatifitas, panjagaan diri dan mawas diri dalam setiap menapaki kehidupannya. Senantiasa wangi sepanjang hari. Benar-benar unik karena wanginya tak mau pergi.
Mau tau kisahnya…? Nama pemuda itu adalah Abu Bakar al Misky, Abu bakar yang tubuhnya selalu wangi seharum minyak miski. Suatu hari ia ditanya: “Sungguh wahai pemuda kami selalu mencium bau wangi dari tubuhmu, apa yang menyebabkan bau itu..?”


Dengan bersahaja pemuda yang anggun itu menjawabnya: “Demi Allah sudah bertahun-tahun aku tidak memakai minyak wangi, adapu aroma wewangi tubuhku sebabnya begin. Suatu ketika ada seorang wanita yang sangat cantik hendak memperdayaiku. Ia memasukkan diriku kedalam rumahnya lalu ia mengunci pintu rumahnya rapat-rapat. Selanjutnya ia pun merayuku dengan berbagai cara untuk memperdayaiku untuk menjerumuskanku…”
(Mari kita bayangkan kalau kita mengalami hal yang sama? Hmmmm)
Akupun bingung dan tertekan dengan tipu dayanya, “Aku mau kebelakang terlebih dahulu”. Aku mau meminta ia mengirim pembantunya untuk menyertaiku ke kakus. Ia mengbulkan permintaanku. Ketika aku masuk kamar kecil, aku mengambil kotooran dan aku lumurkan keseluruh tubuhku. Selanjutnya aku pun kembali ketempat wanita itu dalam keadaan berlumuran dengan kotaran.
Nah, ketika ia melihatku, ai pun kaget, lalu ia memerintahkan pembantunya untuk mengeluarkanku. Lalu aku pergi dan membersihkan diri, dan pada malam harinya aku bermimpi melihat orang berkata padaku :
“Engkau telah melakukan apa yang belum pernah dilakukan oleh orang selainmu. Sungguh aku menjadikan bau wangi di dunia dan di akhirat”.
Maka pada hari aku tebangun dengan kesturi yang keluar dariku. Yang demikan terus berlanjut sampai sekarang”.
Kawan……..!
Sungguh benar-benar menakjubkan. Mari kita perhatika wahai saudaraku yang seiman…., betapa dahsyatnya balasan bagi seseorang yang menjaga kesucian dirinya. Allah telah memuliakan pemuda tersebut dengan bau wangi minyak kesturi sebagai buah dari akhlaknya yang mulia, ini adalah anugerah terindah yang ditampakkan secara langsung. Akhlaknya yang terpuji, menjaga takwa diri meskipun kenikmatan didepan mata menghampiri, dan mampu menjaga diri disaat wanita cantik menawarkan diri.
Inilah kenikmatan terindah buah dari menghindari nikmat birahi yang harus kita jauhi. Awalnya memang sakit karena harus menahan diri dari jeratan duri, lalu kreatif dan mencari solusi dan berakhir dengan nikmat Rabbul Izzati. Itulah Abu Bakar al Misky, pemuda yang cerdas lagi kreatif meluarbiasakan diri dengan cara yang belum pernah dilakukan melainkan dirinya, maka tubuhnyapun semerbak mewangi sepanjang hari.
Semoga kita tetep diberi kekuatan untuk selalu menjaga kesucian diri sampai ajal menghampiri, amien…..
Wallahua a’lam bisshawab

Posted on 07.32 by abdul wahid

2 comments

Sabtu, 13 November 2010

Epistimologi Islam secara sederhananya adalah faham ilmu menurut Islam, atau dengan kata lain apa itu ilmu menurut Islam, apa sumber-sumbernya, apa tingkatan-tingkatannya,dll. Islam misalnya menganut faham bahwa manusia itu bisa tahu,. Perkataan bisa itu perlu digaris bawahi, karena ada epistimologi lain yang mengatakan bahwa manusia itu tidak tahu. Itulah epistimologi orang-orang shopist, yang pernah hidup sebelum kelahiran para ahli filsafat klasik, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang menolaknya. Dalam hal ini epistimoogi Islam setuju dengan ahli-ahli filsafat klasik tersebut.

Namun epistimologi Islam jauh lebih tinggi dari epistimologi para ahli filsafat itu, karena mereka berhenti pada sumber panca indera dan akal manusia saja untuk tahu. Sementara epistimologi Islam menyempurnaka pengetahuan yang di capai oleh indera dan akal manusia dengan satu lagi sumber ilmu yaitu wahyu, yaitu al-qur’an dan hadits.


Jadi selain menerima indera dan akal manusia sebagai sumber ilmu, epistimologi Islam juga melibatkan wahyu yaitu al-qur’an dan hadits sebagai sumber ilmu. Kadang-kadang indera dan akal manusia tidak bisa membuat keputusan yang pasti tentang suatu pengetahuan, maka peranan wahyu adalah memastikannya.

Contohnya mengenai berita bahwa akan ada hidup setelah mati, hal ini tidak bisa di pastikan dengan indera dan akal manusia, akal hanya bisa mengatakan munkin ada hidup setelah mati. Akan tetapi Rasulullah saw. Memberi kepastian bahwa hidup setelah mati itu pasti bukan sekedar kemunkian.

Karena tujuan ilmu adalah untuk mencapai kepastian dan keyakinan, maka panca indera dan akal saja tidak sempurna untuk mencapai tujuan ilmu tadi. Inilah diantara faham ilmu epistimlogi islam.

Posted on 15.52 by abdul wahid

2 comments

Jumat, 24 September 2010


Jika nilai-nilai al-Qur'an teraplikasi dan tertransformasi dengan baik, saya yakin keresahan dalam segala bentuk akan bisa diatasi

Hidayatullah.com--Perhelatan akbar acara “Musabaqah Hafalan al-Quran & Hadits Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz Alu Su'ud” (MTQH) di Indonsia Tingkat Nasional 2010 telah digelar. Sebanyak 177 orang peserta mengikuti acara ini. Mereka sejak kemarin, Jum’at (24/09) hingga Ahad (26/09) akan melaksanan perlombaan di kategori masing-masing.



Adapun kategori yang diperlombakan pada MTQH Tingkat Nasional 2010 ini adalah sebanyak 34 peserta pada kategori Tahfidzul Qur'an 30 Juz, 35 peserta pada kategori Tahfidzul Qur'an 20 JUz, 35 peserta pada kategori Tahfidzul Qur'an 15 Juz, 35 peserta pada katagori Tahfidzul Qur'an 10 Juz, dan 38 peserta pada kategori Hafalan Hadits.

Acara ini digelar di Komplek Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) JI. Nagka. No. 60. Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Patut disyukuri, di saat dunia santer mengabarkan hebatnya permusuhan dan aksi pelecehan terhadap Islam dan al-Qur’an, di tempat yang lain Qur’an ratusan pemuda asyik menggelutinya, membacanya, dan menghafalknnya.

Ketua Dewan Juri Musabaqah Hafalan al-Quran & Hadits Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz Alu Su'ud 2010 Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad, MA., mengatakan tidak ada orang yang bergelut atau menghayati keagungan al-Qur'an, kecuali dia akan berahlak mulia dan akan senantiasa menjaga diri dari sifat keburukan.

Bagaimana sebetulnya metode penjurian pada acara MTQH kali ini?, Berikut petikan wawancara Hidayatullah.com dengan Rektor Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) Jakarta ini. Ahsin juga menguraikan solusi Islam dalam mengatasi multikrisis, dan juga kandungan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan umat manusia. Berikut petikannya:

Bisa dijelaskan medote penjurian pada acara Musabaqah kali ini?
Kalau metode penjurian mengacu kepada pedoman penghakiman yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil al-Qur'an (LPTQ). Formatnya, ada

Posted on 21.28 by abdul wahid

1 comment

Sabtu, 17 April 2010

Angin berhebus
pada setiap jiwa tenang
tertanam pada pori-pori bumi
lalu hilang ditelan masa

Nanti kau akan mengerti maksud tuhan
Tentang cita...
saat kau pergi berkelana tanpa batas
Tanpa bekal yana cukup
Lalu menyesal kau tiada guna
Hampa............



Posted on 22.08 by abdul wahid

No comments

Jumat, 16 April 2010

Aku masih ingat betul... ketika kita dulu sama sama, saling bercanda, main petak umpet, main layang-layang dan bahkan kita pernah ngerokok diatas pohon, itulah perbuatan mencoba-coba biar dikatakan anak gaul . Ya itulah dinamika kehidupan masa kanak kanak.
Dulu kita pernah berantem..,wow ngeri...! kita dulu pernah beradu argumen siapa yang paling tinggi cita citanya. Ada yang ingi jadi Presiden,tentara, dokter, insinyur, pilot, dan ada yang ingi jadi petani saja...Kita bernafsu sekali untuk saling mengunggulkan cita-cita kita sampai berujung pada pertengkara... hmmm
Tapi sekarang ... Mana...? kemana kalian, ko' tidak muncul. Mana semgangat mu yang dulu..? Kawan mereka sangat membutuhkan kita, mari kita pulang mungkin sadah saatnya diantara kita yang berlabuh...

Ayo kawan buktikan semangatmu dengan tindakan yang nyata. Yakinlah bahwa sekeci apapun yang kita perbuat akan ada hasilnya.

Posted on 20.51 by abdul wahid

1 comment

Jumat, 09 April 2010

Salam kesalamatan dan kesejahteraan saya ucapkan kepada segenap aktivis dakwah dimanapun antum berada. Batas teretorial yang terpisah bukanlah suatu alasan yang kita sering ucapkan untuk tidak saling silaturahim, tidak saling menanyakan kabar, apalagi tidak saling mendo’akan. Disadari atau tidak, jalan dakwah ini adalah jalan terjal dan berliku, tanpa komitmen yang menghujam dalam diri kita mustahil dakwah kita akan berhasil. Maka dari itu, saling memotivasi antara satu dengan yang lain (aktivis )adalah suatu hal yang memang harus sering kita lakukan.
Sobat…..
Sebenarnya kita hadir kedunia ini Dakwah
Karena
Dakwah adalah nafas.
Dakwah adalah bukti bahwa kita peduli.
Dakwah adalah kasih sayang,
Dakwah adalah pengorbanan.
Yang membuat Abdurrahman Ibn Auf rela mengorbankan sebagian besar hartanya
Yang membuat me,buat Bilal Ibn Rabah disiksa dibawah teriknya matahari
Yang menbuat Abu Bakar, Ustman, Ali Ibn Thalib rela mengorbankan harta jiwa dan raganya…….

Sanggupkah kita mengemban konsekuensi sebagai aktivis dakwah……?
Insya Allah .. kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita, bersama orang- orang yang selau berjuang menegakkan risalah Nabi yang Agung.
Memang dalah sebuah aksioma, ketika kita memperjuangkan kebenaran pada saat yang sama kita harus menghadapi kemungkaran.
Do’a dan motivasi diantara kita adalah sebuah kekuatan yang tidak ternilai harganya.

Posted on 17.33 by abdul wahid

No comments

Kamis, 07 Januari 2010


Para misionaris, seperti van Lith, berkeinginan memisahkan orang Jawa dengan Islam. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-275

Oleh: Dr. Adian Husaini

Pada 27 Desember 2009, saya sempat menonton acara Perayaan Natal Bersama melalui TVRI. Acara itu seperti sudah dianggap sebagai ritual tahunan kenegaraan. Biasanya pejabat tinggi banyak yang diundang. Malam itu, Presiden SBY juga datang. Ada juga Wapres Boediono, dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya. Menyimak rangkaian acaranya, Perayaan Natal Bersama itu jelas sebagai suatu bentuk Proklamasi agama Kristen dan realisasi konsep Misi Kristen di Indonesia.

Pesan utama yang ingin disampaikan melalui acara tersebut sangat jelas bahwa Jesus, Putra Tuhan, sang Juru Selamat sudah tiba untuk menebus dosa manusia. Berbagai lagu dan sendratari yang ditampilkan membawa pesan tersebut. Disamping lagu dan tari, ada pesan Natal dan juga Doa Syafaat dibawakan oleh pejabat KWI (Katolik) dan PGI (Protestan).

Menarik jika kita amati wajah Pak SBY dan pejabat muslim lainnya yang hadir acara itu. Kita juga mencoba menebak-nebak, apa kira-kira perasaan Pak SBY dan orang Muslim di situ, ketika mendengar lagu-lagu dan seruan tentang kedatangan Jesus sebagai anak Allah dan Juru Selamat. Kita berprasangka baik, dan menduga-duga, hati Pak SBY yang Muslim itu pasti berkata: “Ini tidakbenar! Sebab, saya Muslim. Saya yakin benar, bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib. Saya yakin, Nabi Isa adalah utusan Allah, rasul Allah; bukan Tuhan atau anak Tuhan.”

Pak SBY yang punya sebuah Majlis Zikir tentu sudah pernah mendengar ayat Al-Quran: “Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad).” (Terjemah QS as-Shaff: 6).

Ada juga ayat Al-Quran yang menyatakan: “Dan mereka mengatakan, (Allah) Yang Maha Pemurah itu punya anak. Sungguh (kalian yang menyatakan bahwa Allah punya anak), telah melakukan tindakan yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah gara-gara ucapan itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menuduh Allah Yang Maha Pemurah punya anak.” (Terjemah QS Maryam: 88-91).

Sebagai Muslim, Pak SBY tentu paham benar ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dalam Perayaan Natal Bersama itu, orang-orang Muslim “dipaksa” mendengar cerita-cerita tentang Jesus yang bertentangan dengan keimanan mereka. Kata beberapa orang, praktik-praktik pencampuran Perayaan Hari Raya Agama seperti itu perlu dilakukan demi tujuan mulia, yaitu untuk membina Kerukunan Umat Beragama. Malah, ada yang berpendapat, agar MUI mencabut fatwa tentang Haram-nya seorang Muslim merayakan Natal Bersama. Sebagai Muslim, dan juga sebagai Presiden, Pak SBY ketika itu “harus” duduk mendengarkan semua cerita tentang Jesus, yang sudah pasti tidak diyakininya. Pada kondisi seperti itulah, Pak SBY juga terpaksa tidak menyatakan secara terbuka, bahwa dia mempunyai kepercayaan dan keimanan yang berbeda dengan kaum Nasrani.

Sebenarnya, jika kita berpikir jernih, praktik-praktik semacam ini seharusnya dihentikan. Membangun kerukunan umat beragama tidak perlu dilakukan dengan cara-cara yang dapat menyuburkan kemunafikan seperti itu. Rasulullah saw, para sahabat, dan para ulama Islam – yang sejati – tidak pernah mengajarkan tindakan seperti itu. Untuk membangun kerukunan umat beragama, banyak cara lain yang bisa dilakukan. Sebenarnya, jika kaum Nasrani merayakan hari raya mereka, di kalangan mereka sendiri, itu juga tidak ada masalah dan tidak perlu mengundang kontroversi.

Berita tentang ke-Tuhanan Jesus tentu tidak mudah ditelan begitu saja oleh kaum Muslim. Sebab, Islam memiliki kitab suci Al-Quran yang dengan sangat gamblang menjelaskan kesalahan kepercayaan kaum Kristen tersebut. Al-Quran menyatakan, bahwa berita tentang penyaliban Jesus (Nabi Isa) adalah bohong belaka. Penyaliban Jesus, dalam pandangan Islam, tidak memiliki dasar yang kuat. “Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (Terjemah QS al-Kahfi: 4-5).

Ayat-ayat dalam kitab suci yang secara tegas membantah klaim-klaim kaum Kristen tentang ketuhanan Jesus seperti ini hanya dijumpai dalam Al-Quran. Ayat semacam itu tidak kita dijumpai pada Kitab Veda (Hindu), Tripitaka (Budha), atau Su Si (Konghucu). Karena itu, wajar, selama seorang mengaku dan meyakini keimanan Islam-nya, hatinya akan dengan tegas menolak semua pernyataan yang tidak benar tentang Nabi Isa. Kaum Ahlul Kitab yang hatinya ikhlas dalam menerima kebenaran pasti akan mengakui kenabian Muhammad saw dan kebenaran Al-Quran (QS 3:199).

Keyakinan kaum Muslim tentang Nabi Isa seperti itu seharusnya dihormati oleh kaum Kristen. Sehingga, tidaklah etis jika “memaksa” seorang Muslim yang berpegang kepada iman Islam-nya untuk duduk mendengar cerita tentang Yesus dalam versi Kristen yang sama sekali berbeda versinya dengan cerita tentang Nabi Isa dalam versi Islam. Inilah sebenarnya hakekat saling hormat-menghormati antar pemeluk agama. Mereka bisa bekerjasama satu sama lain, dalam berbagai hal. Tetapi, bukan membiasakan diri bersikap “pura-pura” dalam soal keimanan. Sikap saling menghormati bisa ditumbuhkan dengan tetap berpegang kepada keimanan masing-masing.

Islam juga menghormati sikap pemimpin Katolik Paus Yohanes Paulus II, ketika menyatakan, bahwa Islam, bahwa Islam bukanlah agama penyelamatan: “Islam is not a religion of redemption.” Paus juga menyatakan, dalam Islam tidak ada ruang bagi Salib dan Kebangkitah Yesus. Yesus memang disebutkan, tetapi, kata Paus, dia hanya sekedar seorang Nabi, yang menyiapkan kedatangan Nabi terakhir, yaitu Muhammad. Karena itulah, Paus berkesimpulan: “For this reason, not only the theology but also the anthropology of Islam is very distant from Christianity.” Jadi,menurut Paus, secara teologis dan antropologis, ada perbedaan yang mendasar antara Islam dan Kristen. (Lihat, John Cornwell, The Pope in Winter: The Dark Face of John Paul II’s Papacy, (London: Penguin Books Ltd., 2005).

Ada lagi yang sering tidak dipahami oleh pemeluk agama selain Islam atau bahkan kalangan Muslim sendiri. Yaitu, bahwasanya Islam adalah agama wahyu yang memiliki uswah hasanah (contoh teladan). Sebagai agama wahyu (agama langit), Islam mendasarkan keyakinan dan semua praktik ritualnya berdasarkan wahyu dan contoh dari Nabi Muhammad saw. Karena itu, hanya orang Muslim yang kini memiliki bentuk ibadah yang satu. Orang Muslim membaca al-Fatihah yang sama dalam shalat; ruku’ dengan cara yang sana; sujud dengan cara yang sama, dan salam dengan cara yang sama pula. Semua itu ada contoh dari Nabi Muhammad saw.

Bahkan, kaum Muslim berdebat tentang hal-hal yang “kecil” dalam ibadah shalat, seperti apakah dalam tahiyat, jari telunjuk digerakkan atau tidak. Sebab, memang ada riwayat yang berbeda dari Rasulullah saw tentang hal itu. Yang jelas, semua Muslim ingin mencontoh Sang Nabi sampai hal-hal yang “kecil” seperti itu diperdebatkan. Tapi, semua orang Muslim, saat melaksanakan tahiyat dalam shalat, pasti mengeluarkan jari telunjuk, bukan jari jempol atau jari kelingking.

Karena kuatnya berpegang pada keteladanan Nabi Muhammad saw dalam ibadah itulah, maka –misalnya -- orang Islam tidak mudah untuk diajak mengganti salam Islam dengan salam lainnya. Karena salam resmi orang Islam, sesuai ajaran Nabi saw adalah: Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.” Ucapan salam seperti ini berdasarkan contoh dari Nabi Muhammad, bukan berasal dari budaya atau hasil Kongres umat Islam pada saat tertentu. Di mana pun, kapan pun, umat Islam akan mengucapkan salam seperti itu. Apa pun suku dan bangsanya. Upaya untuk “pribumisasi” salam Islam dan menggantinya dengan “Selamat pagi” dan sejenisnya, telah gagal dilakukan. Dulu, semasa menjabat sebagai Menteri P&K (1978-1982), Dr. Daoed Joesoef menolak mengucapkan salam Islam, dengan alasan, ia bukan hanya menterinya orang Islam.

Sekarang, cara berpikir Daoed Joesoef itu sudah out of date, sudah ketinggalan zaman. Kini, Presiden SBY pun sangat fasih dalam mengucapkan salam. Bahkan, biasanya ia mendahului dengan ucapan basmalah. Sekarang sudah banyak tokoh non-Muslim yang dengan lancar mengucapkan salam Islam. Saya pernah bertanya kepada seorang tokoh non-Muslim, apakah dia boleh mengucapkan salam Islam, seperti yang baru saja dia ucapkan. Dia menjawab: Boleh!

Kondisi seperti itu berbeda dengan umat Islam. Untuk urusan salam saja, Rasulullah saw memberikan contoh dan panduan yang sangat rinci. Bagaimana seharusnya seorang Muslim memberikan salam kepada sesama Muslim, bagaimana menjawab salam dari non-Muslim, dan sebagainya. Umat Islam secara ikhlas berusaha mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw tersebut. Sifat dan posisi ajaran Islam seperti ini seyogyanya dipahami. Termasuk dalam soal perayaan Hari Besar Agama. Panduan dalam soal ini juga sangat jelas. Karena itu, jika umat Islam menolak untuk mengikuti Perayaan Hari Besar agama lain, itu pun harusnya dipahami dan tidak dicap sebagai bentuk rasa permusuhan dengan agama lain. Pemahaman akan sifat dan karakter masing-masing agama itu perlu dipahami oleh masing-masing tokoh agama, agar tidak memaksakan pemahamannya kepada orang lain.

Budaya dan Misi

Aspek lain yang menonjol dalam Peraayaan Natal Bersama 27 Desember 2009 adalah upaya kaum Kristen untuk menampilkan citra adanya penyatuan Kristen dengan budaya Indonesia. Para penari mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Citra penyatuan Kristen dengan adat istiadat di Indonesia sudah lama diusahakan oleh para misionaris di Indonesia. Strategi budaya dijalankan agar misi Kristen lebih mudah diterima oleh rakyat Indonesia, dan agar citra Kristen sebagai agama penjajah dapat hilang di mata rakyat.

Penyebaran agama Kristen dengan strategi budaya Jawa pada dekade pertama abad XX, misalnya, terutama ditempuh oleh kalangan Yesuit dan juga misi Katolik pada umumnya. Misi Kristen ingin menggusur atau memisahkan citra penyatuan Islam dengan Jawa. Tokoh misionaris Katolik, misalnya, telah lama berusaha menggusur dominasi bahasa Melayu dan menggantinya dengan bahasa Jawa. Di sekolah Katolik di Muntilan, misalnya, penggunaan bahasa Melayu dihindari sejauh mungkin. Sebab, bahasa Melayu identik dengan bahasa kaum Muslim. Penggunaan bahasa Melayu dikhawatirkan akan menyiratkan dukungan terhadap agama Islam.

J.D. Wolterbeek dalam bukunya, Babad Zending di Pulau Jawa, mengatakan: “Bahasa Melayu yang erat hubungannya dengan Islam merupakan suatu bahaya besar untuk orang Kristen Jawa yang mencintai Tuhannya dan juga bangsanya.”

Senada dengan ini, tokoh Yesuit Frans van Lith (m. 1926) menyatakan: “Dua bahasa di sekolah-sekolah dasar (yaitu bahasa Jawa dan Belanda) adalah batasannya. Bahasa ketiga hanya mungkin bila kedua bahasa yang lain dianggap tidak memadai. Melayu tidak pernah bisa menjadi bahasa dasar untuk budaya Jawa di sekolah-sekolah, tetapi hanya berfungsi sebagai parasit. Bahasa Jawa harus menjadi bahasa pertama di Tanah Jawa dan dengan sendirinya ia akan menjadi bahasa pertama di Nusantara. (Seperti dikutip oleh Karel A. Steenbrink, dalam bukunya, Orang-Orang Katolik di Indonesia).

Kiprah Pater van Lith dalam gerakan misi di Jawa digambarkan oleh Fl. Hasto Rosariyanto, SJ dalam bukunya, Van Lith, Pembuka Pendidikan Guru di Jawa, Sejarah 150 th Serikat Jesus di Indonesia (2009). Dalam buku ini diceritakan, bahwa dalam suatu Kongres bahasa Jawa, secara provokatif van Lith memperingatkan orang-orang Jawa untuk berbangga akan budaya mereka dan karena itu mereka harus menghapus bahasa Melayu dari sekolah. Van Lith lebih suka mempromosikan bahasa Belanda, karena dianggapnya sebagai bahasa kemajuan.

Upaya untuk menggusur bahasa Melayu dari kehidupan berbangsa di Indonesia, sebagaimana dipromosikan van Lith tidak berhasil dilakukan. Pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku bangsa justru mendeklarasikan: “Kami berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Demi persatuan bangsa, para pemuda dari Jawa juga merelakan bahasa Jawa tidak dijadikan sebagai bahasa nasional Indonesia.

Van Lith, yang datang ke Indonesia pada 1896, menulis dalam sebuah suratnya:
“Jika para misionaris ingin membawa orang non-Kristen kepada Kristus, mereka harus menemukan titik-awal bagi penginjilan. Di dalam agama merekalah terletak hati dari orang-orang ini. Kalau para misionaris mengabaikan ini, mereka juga akan kehilangan titik temu untuk menawarkan kabar gembira dalam hati mereka. Di Pulau Jawa, khususnya, di mana penduduk yang paling maju dari seluruh kepulauan ini tinggal, mempelajari Hinduisme, Budhisme, Islam, dan budaya Jawa adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditunda. Agama-agama ini telah berkembang, tetapi agama asli tidak pernah tercabut dari hati orang-orang ini.”

Dalam salah satu artikelnya yang ditemukan sesudah kematiannya, van Lith juga menyemangati teman-teman misionaris agar menempatkan diri sesama warga dengan orang Jawa:
“Kalau kita, orang Belanda, ingin tetap tinggal di Jawa dan hidup dalam damai dan menikmati keindahan serta kekayaan pulau tercinta ini, maka ada satu tuntutan, yaitu bahwa kita harus selalu belajar memperlakukan orang Jawa sebagai saudara kita. Di tengah-tengah orang Jawa, kita tidak bisa berlagak seperti penguasa, atau sebagai majikan, atau sebagai komandan, tetapi seharusnya sebagai sesama warga. Kita harus belajar menyesuaikan diri, belajar menguasai bahasa orang-orang ini dan adat kebiasaan mereka; hanya dengan berlaku demikian kita bisa menjalin persahabatan dengan mereka ini.”

Demi pendekatan budaya, van Lith sampai bisa menerima orang Katolik Jawa melakukan sunat. Padahal, dalam suratnya, Paulus menyatakan: “Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu”. (Gal. 5,2). Van Lith menerima sunat bagi orang Katolik Jawa, tetapi menolak tambahan doa Arab (Islam). Ia juga menentang sunat sebagai bentuk pertobatan menjadi Muslim.

Para misionaris, seperti van Lith, berkeinginan memisahkan orang Jawa dengan Islam. Sebab, orang Jawa memang sangat kokoh memegang identitasnya sebagai Muslim, meskipun mereka belum mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya. Sulitnya orang Jawa ditembus misi Kristen digambarkan oleh tokoh misi Katolik, Pater van den Elzen, dalam sebuah suratnya bertanggal 19 Desember 1863:
“Orang Jawa menganggap diri mereka sebagai Muslim meskipun mereka tidak mempraktekkannya. Mereka tidak bertindak sebagai Muslim seperti dituntut oleh ajaran “Buku Suci” mereka. Saya tidak dapat mempercayai bahwa tidak ada satu pun orang Jawa menjadi Katolik semenjak didirikannya missi pada tahun 1808. Dulunya Jawa ini sedikit lebih maju daripada sekarang ini. Sejak tahun 1382, ketika Islam masuk, Jawa terus mengalami kemunduran. Saya dapat mengerti sekarang, mengapa Santo Fransiskus Xaverius tidak pernah menginjakkan kakinya di Jawa. Tentulah ia mendapat informasi yang amat akurat tentang penduduk di wilayah ini, termasuk Jawa. Dan Portugis yang telah berhasil menduduki beberapa tempat disini menganjurkan agar ia pergi ke Maluku, Jepang, dan Cina, karena tahu tak ada apa-apa yang bisa dibuat di Jawa. Akan tetapi, dalam pandanganku di pedalaman toh ada sesuatu yang dapat dilakukan.”

Demikianlah semangat misi Kristen untuk mengubah agama orang Jawa, dari Islam menjadi Kristen. Berbagai cara telah dan terus digunakan untuk menjalankan misi tersebut. Kaum Muslim memahami semangat kaum Kristen tersebut. Tapi, tentunya, tidak mudah bagi kaum Muslim untuk menerima begitu saja usaha kaum misionaris tersebut. Sebab, bagi orang Muslim, keimanan adalah harta yang paling berharga dalam kehidupan mereka. [Depok, 14 Muharram 1431 H/1 Januari 2010/www.hidayatullah.com]

Posted on 07.27 by abdul wahid

No comments