Selasa, 12 Juli 2011

Ingin sekali rasanya berbagi cerita dengan sahabat blogger sekalian, sekedar untuk membangkitkan kembali motivasi yang tercecer, semangat hidup yang berserakan dan cita-cita yang mulai retak. Cerita yang memilukan ini amat sangat berharga bagiku, bagi adikku dan orang tuaku (ummi) dan mudah-mudahan juga berharga bagi sahabat blogger yang membacanya saat ini.
Bukan bermaksud untuk membeberkan A’ib yang ada dalam keluargaku, tapi ini adalah kenyataan yang terjadi, terlahir ditengah-tengah masyarakat yang kurang responsif terhadap pentingnya ilmu pengetahuan bahkan saudara-saudara ummi dan saudara-saudara sepupuku sendiri....... mengutuk keinginan untuk menyekolahkan adikku dipondok pesantren al-Amien Prenduan Sumenep.
Yaaahh... mungkin mereka juga ada benarnya karena keluargaku memang sangat tidak pantas untuk menuntut ilmu setinggi langit, “paling juga nanti ujung-ujungnya jadi petani tembakau” celoteh mereka. Aaaah, aku jadi ingat judul antologi puisi salah seorang sastrawan sekaligus budayawan “Orang miskin dilarang Sekolah”. Asiif-asiif nian nasib keluargaku.
Walaupun demikian yang terjadi dengan berbekal semangat, banting tulang dan disertai dengan do’a kepada Sang Pemberi Penghidupan ini. Alhamdulilah .... dua tahun sudah Adikku belajar dipondok al-Amien Prenduan Sumenep dan empat tahun kurang sedikit saya kuliah di Hidayatullah Surabaya. Segala puji bagi Allah yang Maha Kaya.
Sekitar lima hari yang lalu, hatiku bagaikan terisis pisau tumpul, ada rasa iba, ada ada rasa senang, dan ada rasa bangga......... Merasa iba karena saudara-saudara yang kami miliki tidak peduli, acuh tak acuh, walaupun hanya sekedar untuk meminjamkan uang beberapa waktu lamanya. Merasa iba karena rasanya memang tidak pantas ummi mengantarkan saya dan kedua adik saya ke pulau harapan dan cita-cita. Merasa senang karena saya punya ummi yang tegar dalam menjalani semua ini dan yang terakhir saya merasa bangga karena punya adik yang berhati malaikat (tidak patah semangat, kata-katanya menyejukkan dan murah senyum).
Diceritakan, adek saya murung, tidak banyak bicara dengan temen-temanya dalam beberapa hari.... Mau tahu penyebabnya? Karena sudah lumayan lama ibuku tidak ke pondok dan ada tunggakan iuran kamar selama empat bulan. Itulah sebabnya kenapa adik saya murung,,,,,,saya memaklumi dan itu manusiawi sebagai seorang siswi dan santriwati yang serba terbatas sepertinya.
Ada banyak keheranan dari ustadzah-ustadzah, sahabat dan teman-temannya yang tidak biasanya adikku murung....... ketika ditanya mengapa dan apa yang terjadi, jawabnya hanya satu “geleng kepala”. Jawaban yang paling membingungkan bagi saya pribadi........
Adikku semakin paham bahwa ummi memang sudah tidak kuat lagi untuk membiayai pendidikannya selama dipesantren, makanya pada suatu kesempatan adikku sempat bilang kesahabat-sahabatnya bahwa bisa jadi selepas liburan Rhamadhan bisa jadi tidak kembali lagi ke pesantren. Ternyata kata-kata itu cukup untuk menusuk sahabatnya dan semakin tahu kalau adikku murung dari kemaren karena tidak bisa bayar iuran (kendala finansial).
Tiga puluh menit sebelum adzan maghrib berkumandang, agenda di pesantren al-Amien adalah bersih-bersih, tak ketinggalan adikku tercinta sibuk antri di kamar mandi. Sepuluh menit kita-kita adikku sudah keluar dari kamar mandi dan menuju kamarnya...... Setelah menyinpan sabun dan meletakkan handuk adikku buka lemari, Haaaaah........ adekku kaget karena dilemarinya ada uang tergelatak satu lembar 50 ribu_an, perasaan selama ini dia tidak pegang duit kecuali beberapa lembar seribuan itupun disimpan di dompet. Kemudian adikku tanya ke beberapa sahabatnya tentang uang tersebut, ternyata salah-satu dari sahabatnya mengaku kalau dia yang meletakkannya dia bilang “ambil ja untuk kamu dan jangan bilang ke teman-teman yang lain, demi Allah saya ikhlas”. Sahabatnya yang lain juga memberi beberapa lembar puluhan ribu hingga akhirnya pembayaran iuran kamar dan lain-lainnya lunas karena kebaikan sahabatnya. Subhanallaaaaah......
Duhai.... Allah, semakin saya yakin pada janjimu bagi orang-orang menuntut ilmu akan ada kemudahan-kemudahan, walaupun harus didahului dengan penderitaan dan kesabaran. Dan juga semakin saya yakin pada Sabda Muhammad saw bahwa: “Barang siapa yang menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya menuju surga” Duhai Allah, terimakasih banyak engkau telah kumpulkan adikku tercinta dengan orang-orang baik hati.
Alhadulillah... kebaikan teman-temannya sedikit mengobati kegelisahan hati adikku, dan saat-saat airmata tertumpah tak tertahan lagi ketika ummi datang dengan senyum yang lebar bersama adikku yang masih suka ngunyah permen...... Adikku jangan pantang mundur kejar cita-citamu sampai titik darah penghabisan. Do’aku akan selalu menyertaimu.

Posted on 07.10 by abdul wahid

10 comments

Sabtu, 09 Juli 2011


The Most important Thing in this life, is not this life.

Hai saudaraku..... Kalau yang terpenting dalam hidup anda saat ini adalah meneruskan hidup, maka apapun pekerjaan dan kegiatan yang anda lakukan, semata-mata tertuju untuk menghiasi dan mencukupi apa yang kita ingikan, kalau itu yang terjadi sepertinya keinginan manusia tidak akan pernah ada habisnya sampai ajal benar-benar menjemput kita.

Bagi saya sendiri hidup itu, bukanlah seuatu yang terpenting. Tapi yang paling penting dalam hidup ini adalah bagaimana menyiapkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk menuju kehidupan yang abadi nantinya. Karena pada hakikat kehidupan yang sebenarnya baru kita akan mulai ketika nafas kita berhenti berhembus.

Memang menyambung hidup itu penting, tapi memaknai hidup itu jauh lebih penting. Saudaraku......, hidup yang bermakna adalah ketika disaat hidup kita bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana Rasulullah berabda: Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.(Al hadist). Ketika desah nafas, gerak langkah kita menyatu dalam pengabdian kepada sang Pemberi Hidup. Maka, semua apek dalam kehidupan ini dapat dijadikan media untuk meraih ridha Nya.

Saudaraku.... Dunia ini penuh dengan orang papa. Yang buntung lebih banyak dari yang beruntung, yang lemah lebih banyak dari yang kuat. Keenjangan sekonomi dan keejahteraan menganga. Namun, semua itu tidaklah ada artinya kalau kita mengaku sebagai saudara saling membantu antara satu sama lain.

Sehingga ketika satu sama lain sudah saling membantu, yang beruntung menolong yang buntung, yang kuat menolong yang lemah, spirit memaknai hidup menyala kembali. Hati kita sebagai perasa akan sensitif, peka dan tergerak ketika melihat saudara kita yang butuh uluran tangan kita.

Saudaraku..... tetapi apabila kita sering acuh dengan hal-hal semacam itu, merasa biasa-biasa aja.... maka, jangan-jangan hati kita sudah mengeras lakana batu....

Posted on 20.57 by abdul wahid

4 comments

Rabu, 06 Juli 2011



Islam adalah agama yang mencintai keindahan dan mendambakan teerwujudnya keteraturan dan harmoni dalam berbagai hal। inilah sebenarnya hakikat Islam yang pernah ditengarai Nabi Muhammad SAW dalam sebuah sabdanya "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencitai keindahan"
Seni pada hakikatnya adalah kreasi-kreasi keindahan yang tak pernah ditentang islam। Namun demikian, tampaknya harus segara ditegaskan bahwa islam memang memprioritaskan prinsip moralitas dari sekedar prinsip keindahan। Dengan kata lain, kreasi-kreasi artistik dan estetik harus dikaitkan dengan, dan berada dibawah kendali, etika dan moral। Inilah sebanarnya sikap dasar islam terhadap berbagai bertuk kesenian। Standar islam dalam menilai berbagai karya seni sebenarnya dapat diformulasikan dengan sebuah kaidah "seni yang baik adalah baik, seni yang buruk adalah buruk"
Al qur'an- melalui ayat-ayatnya yang begitu banyak- kerap kali mengajak pembacanya untuk memmerhatikan keindahan alam raya dengan segala keteraturan dan keserasiannya। Alam raya adalah kreasi Sang Maha indah yang tak pelak telah merefleksikan keindahan dan kesempurnaan penciptanya। Alam raya memang lebih dari sekedar pesona keindahan yang menimbulkan decak kagum yang mengamatinya। lihat Qs। An Nahl: 6
Jika ddemikian halnya perintah Alqur'an untuk mengamati keindahan alam menjadi mustahil bila Islam dianggap memusuhi karya-karya seni dan kesenian। Islam sama sekali tidak menolak karya-karya seni yang luhur। Yang ditolak oleh islam adalah karya-karya seni picisan yang rendah lagi amoral।

Posted on 06.23 by abdul wahid

9 comments