Kamis, 24 Desember 2009

Uswah dan Imamul muttaqin, Nabiyullah Muhammad SAW memiliki ciri khas yang luar biasa dalam menjalani aktivitas kebaikan. Amal dan ibadahnya disifati, “kaana diimatan” (amalnya rutin) yakni terus menerus tidak terputus-putus namun masih pada batas pertengahan, jauh dari sifat malas, namun tidak pula kelewat batas. Nabi SAW shalat di waktu malam dan juga tidur, beliau shaum dan juga berbuka, akan tetapi beliau kerjakan secara teratur. Sehingga enak dirasakan jiwa dan terbiasa bagi anggota badannya. Oleh karena itulah amal beliau SAW disifatkan dengan “kaana diimatan” (amalnya rutin), sedangkan makna “diimah” adalah hujan yang teratur, sedang dan tenang, tidak terlalu lebat, tak ada guruh dan tidak ada pula halilintar. Umumnya, hujan yang tidak teratur, atau dengan volume yang berlebih akan mendatangkan kerusakan, baik badai maupun banjir.


Begitu pula dengan karakter manusia. Semangat yang tidak terkendali, stamina yang tidak dijaga, ritme yang tidak teratur dalam menjalani suatu aktivitas, umumnya berdampak kepada keburukan. Meskipun pada asalnya, perbuatan itu berupa aktivitas yang positif. Semangat belajar yang mendadak dan menggebu, lalu belajar sehari semalam tanpa istirahat, hanya akan membuat kita loyo setelah itu. Begitupun dengan shalat malam. Terkadang seseorang tersulut motivasinya oleh suatu nasihat tentang fadhilah shalat malam, lalu dia menjalani malam tanpa tidur, semalaman ia berdiri untuk shalat. Seringkali ini juga menjadi sinyal, bahwa di hari-hari berikutnya ia akan kehilangan stamina, lalu akan meninggalkannya.

Alangkah indah bimbingan Nabi SAW yang mengajarkan kepada kita suatu kaedah,

“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling rutin, meskipun sedikit.” (HR Muslim)

Hati Tenang, Badan Terasa Nyaman

Aktifitas kebaikan yang dilakukan secara rutin akan membuat hati menjadi tenang, badanpun terasa nyaman. Baik dalam hal belajar, beribadah secara khusus, maupun aktivitas lain yang bermanfaat seperti olah raga.

Jika kita merasa emosi belum terkendali, suasana hati labil, itu lebih dikarenakan aktivitas anggota badan yang labil, ekstrim dalam menjalankan sesuatu, ekstrim pula ketika meninggalkannya. Sehingga terkadang hati menjadi lunak sesaat, kemudian tiba-tiba menjadi keras kembali, terkadang di hadapannya ada sinar yang menerangi, namun sekejap saja kegelapan segera kembali. Inilah yang membuat hati tidak hidup dengan sehat dan bercahaya.

Abu Sulaiman Ad-Darani seorang ahli ibadah yang zuhud, dengan tawadhu’ berkata, “Meninggalkan syahwat mendatangkan pahala, istiqamah dalam beramal mendatangkan pahala, namun aku dan kamu termasuk orang yang menghidupkan satu malam, namun tidur dua malam, shaum satu hari, berbuka selama berhari-hari, padahal hati tidak bercahaya dalam kondisi seperti ini…”

Kalimat beliau, “namun aku dan kamu”, sepertinya lebih cocok ditujukan kepada kita sekarang ini. Sebagian kita mungkin pernah bersemangat menghafal al-Qur’an, tapi akhirnya ‘menyerah’ juga. Pernah getol mempelajari bahasa Arab, akhirnya ‘lelah’ juga. Pernah bersemangat qiyamul lail, pun akhirnya terasa berat untuk menjalaninya. Ini semua lantaran porsi yang tidak diperhitungkan dengan kemampuan, juga rutinitas yang tidak dipertahankan. Jika berusaha rutin, semuanya menjadi mudah dan ringan untuk dikerjakan. Apabila rutinitas telah terjaga, tidak mengapa meningkatkan porsi amal setahap demi setahap, karena jiwa telah siap menyangganya.

Mudawamah, Rahasia Orang Sukses

Mudawamah, atau kontinuitas dalam beraktivitas adalah satu kunci sukses meraih ketinggian martabat dan cita-cita. Imam Bukhari yang begitu lekat hafalannya, juga mengandalkan ‘mudawamah’ dalam membaca buku. Ibrahim al-Harabi, seorang pakar bahasa Arab, selama lima puluh tahun tak pernah absen menghadiri majlis bahasa Arab dan Nahwu. Imam Syafi’i yang demikian cerdas dan jenius juga mengandalkan rutinitas dalam belajar. Sudah menjadi kebiasaan beliau, menggunakan sepertiga malam yang pertama untuk belajar, membaca dan menulis, sedangkan sepertiga yang kedua untuk tidur, dan sepertiga malam terakhir untuk shalat.

Mungkin kita pernah belajar sepertiga malam, atau bahkan semalam suntuk, tapi sayang, hanya berlangsung beberapa kali saja. Kita mungkin juga pernah salat malam dengan panjang, tapi itu bisa dihitung dengan jari tangan saja.

Dalam hal ibadah, kita juga mendapatkan teladan yang sangat bagus pada generasi salaf yang shalih. Seperti Sa’id bin Musayyib yang dijuluki ‘ash-shaffiyyu’, ahli shaf, karena selama lima puluh tahun tidak pernah melihat punggung tatkala shalat lima waktu. Yakni beliau selalu berada di shaf paling depan.

Ulama-ulama terpercaya sepanjang generasi juga membiasakan hal serupa. Seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, yang membiasakan dzikir ba’da Shubuh, dan tidak keluar masjid hingga matahari telah terbit dan beranjak naik. Karena terbiasa, hingga seakan itu menjadi sarapan paginya, badan akan kehilangan gairah sepanjang hari jika pagi terlewatkan dari dzikir.

Ingin sukses meraih cita-cita? Atau ringan dalam menjalankan aktivitas ibadah? Bersungguh-sungguhlah untuk mempertahankan rutinitasnya. Mulai dari yang mudah, porsi yang terukur, lalu secara bertahap meningkatkan kuantitasnya. Selamat mencoba! Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita.

http://www.arrisalah.net/kolom/abu-umar-abdillah/2009/06/merutinkan-kebaikan.html

Posted on 04.05 by abdul wahid

No comments

Minggu, 06 Desember 2009



Meski sanksi terhadap pelanggar Perda No.75/2005 cukup berat, namun hingga kini, larangan itu masih belum sepenuhnya ditatati

Hidayatullah.com--Banyak pengelola gedung di Jakarta Pusat (Jakpus) belum mematuhi Perda No. 2/2005 tentang pengendalian pencemaran udara dan Pergub No. 75/2005 tentang kawasan dilarang merokok. Perda itu masih omdo alias omong doang. Pernyataan ini disampaikan Kepala KLH Jakpus, Abdul Malik, Kamis (3/12).


“Pengelola atau pemilik bangunan yang belum menerapkan KDM untuk sementara masih diberi peringatan. Namun kalau masih bandel, akan dikenakan sanksi mulai dari penutupan sementara hingga ditutup,” kata Abdul Malik.

Pernyataan Malik didasarkan bukti dari inspeksi mendadak (sidak) terhadap 144 bangunan di delapan kecamatan ternyata 50 persennya belum menerapkan kawasan dilarang merokok (KDM).


Sidak dilakukan Kantor Lingkungan Hidup Jakpus terhadap tujuh kawasan dilarang merokok yaitu tempat belajar mengajar, pelayanan kesehatan, tempat bermain anak, tempat ibadah, tempat umum, tempat kerja dan angkutan umum.

Gedung-gedung yang berada di kawasan Jl. Thamrin, Sudirman, Merdeka Barat, Timur, Selatan, Utara dan Jl Kebon Sirih hamper seluruhnya telah dicek. Hasilnya ada yang sudah 100 persen menerapkan, ada yang masih setengah-setengah dan ada yang belum ada.

Ketua Tim sidak, Sudarso menambahkan tim terdiri dari aparat Sudin Perhubungan, Satpol PP, Sudin Pariwisata, Sudin Pendidikan Menengah, Sudin Pendidikan Dasar, Sudin Kesehatan dan lain-lain. “Pengawasan dan pengecekan akan dilakukan lagi, setelah sidak. Untuk mengetahui apakah sudah ada perubahan atau belum,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, sejak Februari 2006, Pemprov DKI memberlakukan Perda No 2/2005 tentang pengendalian pencemaran udara dan Peraturan Gubernur No 75/2005 tentang kawasan dilarang merokok. Para pelanggar dalam Perda ini dikenakan hukuman kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda maksimal Rp 50 juta.

Sayang, selama ini, larangan itu belum sepenuhnya ditatati. Masih terdapat banyak pelanggaran, bahkan ada kesan warga tak mengghiraukannya. [pos/sp/www.hidayatullah.com]

Posted on 04.07 by abdul wahid

No comments

Rabu, 02 Desember 2009

Ungkapan hati menjadi saksi bisu
Pengakuan cinta dan suara hati adalah suara kejujuran
Karena hati tidak pernah berbohong
Cinta adalah anugerah terbesar yang diberikanoleh Allah kepada seluruh makhluknya


Tentang cinta dan pengorbanan
Tentang cinta dan ketulusan
Tentang cinta dan pengabdian
Tentang cinta dan kesetiaan
Tentang cinta dan pengertian
Tentang cinta dan kejujuran
Tentang cinta dan cemburu
Tentang cinta dan kesabaran
Tentang cinta dan keberanian
Tentang cinta dan keikhlasan
Tentang cinta dan saling berbagi
Tentang cinta dan kebahagiaan yang sesungguhnya

Jujur ……
Dia adalah guru bagiku
Guru yang mengajariku tentang arti kehidupan
Yang mungkin tidak diajar di sekolah manapun

Jujur….
Hati ini tidak akan pernah bohong.
Ya… Ungkapan hati yang paling dalam
Kerena hidup berpasangan adalah bagian dari ritme kehidupan

Ya… Allah aku beristighfar kepadamu
Memohon ampun atas segala dosa yang telah kulakukan selama ini
Aku sadar…..
Aku faham….
Cinta suci adalah cinta yang berada dijalanMu
Yang diridhoi olehMu
Dan mencintau segala sesuatu karenaMu


Sumenep, 01 Desember ,09

Posted on 03.16 by abdul wahid

3 comments