Jutaan makhluk yang hidup di bumi semesta ini. Dengan bebagai tekstur kulit yang indah dan ‎bentuk yang unik membuat manusia terpikat dan terpukau dengannya. Kita stress, merasa ‎kehilangan apabila hewan kesayangan kita mati atau bahkan ada yang sampai bunuh diri. ‎Astaghfirullah..........hanya orang-orang yang tak punya akal saja yang akan berani mengambil ‎keputusan sebijak itu.Semuanya memiliki keunikan dan keindahan tersendiri ‎
Akan tetapi, makhluk yang paling unik dan indah itu adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang unik, ‎makhluk yang memiliki kompleksitas yang rumit atau ada juga yang menyebutnya manusia adalah ‎makhluk multidimensi. Allah swt berfirman dalam alqur’an yang artinya: “Sungguh, Kami ciptakan ‎manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” Qs At-Tin : 4 ‎
Setuju atau tidak, memang itu benar adanya. Manusia adalah makhluk biologis atau fisiologis ‎dan manusia juga makhluk psikologis. Manusia disatu sisi punya sifat individualis disisi lain manusia ‎tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia disaat tertentu selalu berfikir rasional dan pada ‎kesempatan yang lain manusia juga berfikir irasional. Masih banyak sebetulnya dimensi-dimensi ‎yang melekat pada diri manusia kalau kita mau menelusurinya lebih jauh lagi, yang jelas manusia ‎adalah mekhluk multidimensi yang tidak akan pernah ditemukan pada seluruh mahkluk yang ada di ‎semesta alam ini.‎
Ketika manusia punya semua keunikan itu apa yang harus manusia perbuat? Berangkat dari ‎pertanyaan ini maka jawabanya hanya satu yaitu berkaya. Sudahkah kita berkarya atau lebih jauh ‎lagi, karya apa saja yang telah kita hasilkan sejak kita lahir ke semesta alam ini? kebanyakan dari ‎jawaban anak manusia itu sangat simpel “ada dech..!” atau barangkali kalaupun ada bisa dihitung ‎dengan jari, tak sebanding dengan modal keunikan yang dipunyai dengan hasinya. Maka meminjam ‎kata-kata dari seorang pembisnis hal yang semacam itu dinamakan defisit. Artinya manusia dalam ‎kerugian yang nyata.‎

‎ Lalu bagaimana sikap anak manusia ketika terjadi defisit dalam hidupnya. Salah satu solusi ‎yang paling ampuh saya kira adalah reorientasi hidup, mengenali, megingat dan me_refresh kembali ‎apa tujuan kita lahir ke semesta alam ini dan kemana ending dari sebuah perjalanan panjang anak ‎manusia. Kalau reorientasi belum bisa menghasilkan karya-berikutnya. Maka perlu kita tanyakan ‎apa yang terjadi dengan kamu anak manusia.‎
Sungguh hanya dengan karya-karya yang kita hasilkan saja yang dapat kita jadikan bekal ‎dalam pejalanan yang saat itu tidak ada kesempatan lagi untuk berkarya. Wahai anak manusia ‎berkaryalah, ukir hari-harimu dengan modal keunikan yang kamu miliki. Agar tidak menyesal ‎kemudian. Pada saatnya nanti orang sekitarmu menikmati karyanya smentara kamu hanya berdiri ‎mematung sambil mengemut telunjukmu sendiri lantaran tak ada karya sedikitpun yang dapat ‎kamu nikmati. Wallahu a’lam bisshawab

surabaya,19 mei 2011